Hai para
pemirsa setia aku! Apa kabar? Hari ini, aku mau mereviewkan film korea yang
baru aja aku tonton. Pada penasaran? *bodo amat* lol. Let's check it out!!
sc. Pinterest
Well,
judul filmnya A Taxi Driver. Dirilis pada tahun 2017 lalu. Disutradarai oleh
Jang Hoon dan dibintangi oleh aktor senior Song Kang-ho sebagai pemeran
utamanya. Film ini bergenre historical, drama, dan action yang jangan sampe
kalian tinggalin gitu aja. Ceritanya keren, alurnya keren. Over all, kalo
masalah skor yaaaaa kira-kira 8.8 lah yaa dari 10. jadi semenarik apa toh
ceritanya?
Aku
ceritakan sedikit yaaaa latar belakang film ini. Dilansir dari blog, pada tahun 1979 Korea Selatan dipimpin oleh
Presiden Park Chung Hee yang kemudian ditembak mati oleh Badan Intelijen Korea.
Kemudian, pemerintahan diambil alih oleh Perdana Menteri Choi Kyuh ah.
Sebenernya masyarakat senang ketika Park Chung Hee ditembak, karena beliau
adalah pemimpin yg sangat otoriter. Muncul harapan akan demokrasi pas
pemerintahan dipimpin oleh Choi Kyuh ah karena ada liberalisasi politik. Namun,
tiba-tiba 6 bulan setelah penembakan presiden Park Chung hee muncullah Chun Doo
Hwan. Chun Doo hwan adalah seorang tokoh militer kuat yang mengkudeta
pemerintah dan membuat masyarakat Korea Selatan panik karena background Chun
Doo Hwan adalah militer yang ditakutkan akan menjadi pemimpin yang diktator.
Akhirnya masyarakat turun ke jalan untuk berdemo menolak negaranya dipimpin
oleh tokoh yang diktator lagi. Karena itulah, Chun Doo Hwan mengumumkan darurat
militer dengan alasan untuk "keamanan nasional". Dan situasi darurat
militer paling parah terjadi di Gwangju, dan dikenal sebagai Pembantaian
Gwangju atau Gerakan Demokratisasi Gwangju yang selanjutnya diadopsi menjadi
story line di film A Taxi Driver ini.
Film ini
dimulai dari munculnya seorang supir taksi bernama Kim Man Seob (diperankan
oleh aktor Song Kang ho) yang mempunyai seorang anak perempuan tunggal dan
harus membayar tagihan rumahnya sebesar 100.000 won. Ketika ia sedang menikmati
makan siang, ia mendengar obrolan dari supir taksi lainnya yang mengatakan
bahwa ia mendapat orderan senilai 100.000 won untuk mengantar orang asing ke
daerah Gwangju. Sontak Kim Manseob yang sedang membutuhkan uang itu langsung
mengakhiri makan siangnya dan bergegas pergi 'menyerobot' orderan supir taksi
tersebut. Kim Manseob selanjutnya menjemput penumpang yang dimaksud itu, yang
ternyata adalah seorang wartawan asing asal Jerman bernama Jurgen 'Peter'
Hinzpeter (diperankan oleh Thomas Kretschmann) yang akan meliput situasi di
Gwangju. Tanpa mengetahui latar belakang perjalanan sang reporter dan karena
didasari kebutuhan bayar hutang yang sangat mendesak, Kim Manseob akhirnya
berangkat ke Gwangju dengan sang reporter.
sc. Kutu-film.com
Di sanalah perjuangannya dimulai. Di setiap daerah Gwangju di jaga ketat
oleh pihak militer. Awalnya Kim Manseob mau mundur dan ingin kembali ke Seoul
saja. Namun reporter mengatakan bahwa jika mereka kembali dirinya tidak akan
mendapatkan upah 100.000 Won tersebut.
sc. Pinterest
Akhirnya dengan segala cara mereka pun bisa memasuki
kawasan Gwangju. Gwangju di tahun 1980 tersebut benar-benar hancur, banyak
korban dikarenakan pemberontakan yang terjadi. Peter yang meliput kasus
yang terjadi disana pun merasa iba atas apa yang terjadi, reporter setempat pun
berharap Peter dapat memberitakan kasus ini keseluruh dunia. Karena media di
Korea pada saat itu dikuasai oleh pihak militer sehingga warga tidak dapat
berbuat apa-apa.
Peter, sang supir taxi Kim Man Seob beserta supir taxi
Gwangju lainnya hingga seorang mahasiswa yang memprotes kejadian itu pun
bekerja sama membantu orang-orang yang terluka akibat konflik itu.
Ada beberapa scene
yang bener-bener bikin terenyuh. Salah satunya ketika Kim Manseob beserta supir
taksi lainnya membantu para korban luka dan korban tewas keluar dari wilayah
yang dihujani peluru oleh para tentara. Dengan menggunakan mobil taksinya, Kim
Manseob dan kawan-kawan maju ke depan ke dekat mobil militer tempat para
tentara melindungi dirinya dan menembaki para demonstran untuk menghalau peluru
dan kemudian mengangkut para korban keluar dari wilayah tersebut. Ampun, banjir
dah mataku para pemirsah…. TT TT
Ada juga scene lain
yang bikin mewek. Yaitu saat Goo Jaesik (diperankan oleh Ryu Junyeol) ditemukan
tewas. Sedih dong…. Karena Jaesik adalah salah satu mahasiswa yang ikut
berjuang melawan pasukan militer saat itu. Jaesik lah yang membantu Peter
menterjemahkan bahasa karena Jaesik adalah mahasiswa dengan nilai bahasa
inggris yang sangat baik.
Ada juga scene lain
yang buat terharu. Yaitu saat Hwang Taesoo, seorang supir taksi yang juga turut
berjuang bersama Manseob dan supir taksi lainnya serta para warga Gwangju,
mengorbankan dirinya untuk menghalau Chun Doohwan beserta anak buahnya sehingga
Manseob dan Peter bisa lolos dan kembali ke Seoul dengan selamat. Astagaaaaaa
hatikuuuuu TT TT
Terakhir tapi bukan
yang terakhir alias last but not tleast, scene yang bikin mewek is ketika 23
tahun kemudian Peter diundang ke Korea untuk menerima penghargaan perdamaian
atas peliputannya mengenai pembantaian Gwangju. Dalam pidatonya, Peter menyebutkan
bahwa perjuangannya tidak dilakukan sendirian. Ia menyebut 'Kim Sabok' yaitu
nama samaran Kim Manseob yang ia beritahukan pada Peter sewaktu Peter akan
terbang kembali ke Jerman. Ia berharap dapat bertemu lagi dengannya. Manseob
yang saat itu sedang bekerja (masih jadi supir taksi pada tahun 2013) berbisik
pada dirinya sendiri kalau ialah yang merasa lebih berterima kasih pada Peter
dan juga merindukannya.
Film diakhiri oleh
epilog dari Peter yang mengucapkan terima kasih dan masih terus mencari supir
taksi yang mengantarnya ke Gwangju, namun sayangnya Peter meninggal pada tahun
2016 sebelum mereka sempat bertemu.
Asliiiii sediiiihhh
banget ceritanya. Happy end for some parts, while sad end in the other parts.
Bener deh, kalo ada yang bilang dunia politik itu kejam, kotor, dan berbahaya
itu bener banget. Dalam politik, semua orang bisa jadi korban. Dan dalam film ini,
aku belajar beberapa hal. Utamanya yaitu tolong menolong, menghargai sesama,
dan masih banyak lagi sebenernya yang ngga hanya untuk diterapkan untuk hal-hal politis tapi dalam keseharian.
Anyway, pesan aku
jangan sampe lupa untuk nonton ini. Wajib, wkwkwkw. Ngga deh. Maksud aku nonton
film dengan genre seperti ini (yang sebenernya bukan aku banget tapi tumben aku
nonton) bisa menambah wawasan kita, tentang pers, sejarah, politik walau dengan
porsi yang sangat kecil. Ingat juga, film itu bisa memperngaruhi pola pikir
penontonnya. Jadi, nilai bagusnya diambil, nilai jeleknya jangan.
ps, dapet sedikit info yang agaknya sangat membingungkan. Ada yang bilang kalau Kim Manseob yang sebenarnya sudah meninggal dunia karena kanker pada tahun 1984.
sc. sukmanurrizki.blogspot.com
Demikian review dari aku kali ini, pasti ada banyak banget kekurangan. Aku cuma nulis asal aja, apa yang aku pikirin, jadi kalo reviewnya sangat mengecewakan, mohon sarannya yaaaa.... :')
Dadah, babay!!! Semangat puasanya, lebaran kurang 5 hari lagi. ^^9
Source :
- http://sukmanurrizki.blogspot.com/2017/11/review-film-taxi-driver.html
- pinterest.com
- http://kutu-film.com/review-a-taxi-driver-2017/
- wikipedia
- Google.co.id
- dll.