Selasa, 15 Oktober 2019

Hate comment is the real killer!

Assalammualaikum wahai akhii, wahai ukhti... Apa kabar pagi ini? Tumben dong aku mau update pagi-pagi begini, masih jam 05.37 pas tulisan ini dibuat hahahaha. Pengen sharing sedikit, menjurus ke ghibah, curhat, atau apalah itu, but underline this, aku tidak berniat menebar kebencian yaa... Ada apa sih?

Jadi kemarin, beredar kabar bahwa Sulli f(x) meninggal dunia. Polisi di Korea mengkonfirmasi kalau Sulli, alias Choi Jinri meninggal karena bunuh diri. Penyebab atau motif bunuh dirinya sih masih abu-abu. Ada yang bilang karena Sulli depresi, karena sebelumnya dia pernah punya Panic Disorder, atau gangguan panik, ditambah lagi sebelum dikabarkan meninggal, sempet dia live Instagram. Dia tanya ke netizen, kurang lebih begini, "aku bukan orang jahat, tapi kenapa kalian selalu membenci aku?" Kurang lebih demikian. Jadi gimana sih dahsyatnya komentar kebencian kepada mental seseorang?

Kalau menurut aku, cyber bullying, atau bahasa indonesianya itu 'perundungan', itu sama dahsyatnya sama bullying secara fisik. Sama brotha, sista. Korban bisa jadi terserang secara mental karena terlalu kepikiran dan khawatir sama semua komentar jahat yang dia dapat. Insecure. Akhirnya, dia nggak bisa tenang dalam semua kegiatannya. Kenapa bukan para koruptor atau politisi bermasalah yang kayaka begini yaa? *Abaikan karena mulai oot, wkwkekek*

Nah, sedangkan kemarin itu, ada sebuah postingan di Instagram isinya soal kematiannya Sulli, dan banyak komentar nyinyir yang cukup pedas ya, karena bukan para Kpopers yang komen. Miris banget, orangnya uda nggak ada masih ada dihujat, padahal mereka juga ngga ngerti Sulli itu siapa, orangnya gimana. Gini nih kalo kebiasaan liat orang cuma dari bungkusnya aja. Bawa-bawa agama, sampe bahkan mereka membandingkan berita Sulli sama pecahnya perang Palestina - Israel. Orang waras pasti ngerti, ini bukan apple to apple comparison, jelas. Akhirnya karena bawa topik sensitif begini, terjadilah debat kusir antara pendosa yang pasti masuk neraka, dengan pemilik kapling di surga. Sebut aja aku pendosanya, dan orang tersebut pemilik kapling surganya, hahahaha. Sebenernya, aku ngga mendebat dia sih, aku cuma balas komentar sabda sucinya dia, karena aku penasaran, kenapa sih sama hidupnya nih orang? Ada masalah apa sampe segitunya benci sama orang? 

Dia bilang banyak wanita yang nantinya akan mengisi neraka karena mengumbar aurat dan wajahnya di media sosial, pas aku sebut dia akun ngga jelas. Dia memantang aku untuk hapalkan surat Al Kahfi dan surat apa gitu aku lupa lewat video call *well, biasanya orang yang justru cerdas atau hafidz malah ngga mau sesumbar atau nyombongin kemampuan mereka loh, jadi yang ini jangan2... ahyasudahlah wkwkwk*, dan bawa-bawa fisik nih yang katanya dia aku hanya berwajah setara dengan mbak-mbak Indomaret waktu aku bilang dia modus supaya dapet nomer whatsapp *emang apa salahnya wajahnya mbak-mbak indomaret ya? Banyak yang cakep sih? 樂*, dia juga copas komentar dia yang sebelumnya dia pakai untuk bales komentar lain yang kurang lebih isinya nyuruh untuk rajin-rajin ikut pengajian biar pinter agama *noted lah, aku anggap dia kasih saran*, juga jangan memeluk agama arab kalo pengen punya agama yang cute(?) *what the hell?? Bahkan para sultan di Arab juga nonton BTS!*

Lalu ngga lama kemudian, notif-notif dari dia ilang dong! Oke, mungkin postingannya sudah dihapus, sial belum sempet aku kepcer pula. Atau mungkin seseorang mereport komentar/akun dia. Tapi yaaa bodo amat lah ya, BODO AMAT. Selama dia kasih poin-poin yang sekiranya jadi reminder buat aku, ya aku keep. Selebihnya yang termasuk bullying aku abaikan. Meskipun, sempet kebakar ini emosi *manusiawi lah ya namanya manusia, pasti punya emosi* tapi yaaa sudahlah, Allah Maha Menghitung. Allah yang tahu, yang penting aku nggak ada niat buruk, itu dianya aja yang sebenernya bermasalah.

Pertanyaanku adalah, kenapa setiap akun seperti ini, akun para penebar kebencian ini selalu anonim, dikunci, lebih banyak following daripada followersnya, dan selalu SOK SUCI? Mereka selalu nantangin adu debat, adu benar, adu keren *menurut mereka sih, menurut aku enggak*, dan selalu berusaha mencari dalil untuk merundung orang lain? Kayaknya, selain orang-orang yang sepemikiran sama dia itu kotor, hina, laknat, pendosa, dan pasti masuk neraka. Naudzubillah, padahal ulama besar malah berusaha merangkul bukan menakuti, memojokkan, atau adu debat loh. Kenapa? Yaaa itu sesuai sama pepatah orang Jawa : njiwit gelem, dijiwit emoh. Artinya, mencubit mau, dicubit nggak mau. Alias, cari gara-gara, giliran dia diserang dia nggak mau, makanya akunnya disembunyikan. Dikunci. Anonim. Alasannya kalo ditanya yaaaa balik lagi ke agama. Yaudalah yaaa, biar aja dia hidup dengan begitu. Allahu akbar.

Ini aku baru satu hate comment, gimana Sulli yang puluhan ribu, atau mungkin ratusan ribu, atau jutaan? Entahlah, ngga cuma kesel, jengkel, emosi sampe darah naik ke ubun-ubun, tapi apa-apa jadi takut, gampang panik, pikiran jelek terus ke orang lain, alias suudzon. Yaaaa gimana ngga bunuh diri kalau gitu yakan?

Well bung, aku cuma mau bilang aja kalau aku mungkin memang nggak hapal surat Al Kahfi atau An Nisa seperti anda, aku juga mungkin nggak sering ikut pengajian seperti anda jadi ilmu agamaku mungkin nggak seberapa kalo dibandingkan sama anda, aku juga bukan pemegang kunci surga, apalagi punya kapling di surga. Tapi, aku berusaha husnudzon, aku nggak pernah menyerang dengan komentar ke orang lain, aku nggak peduli sama anda *nih yaaa paling penting, BODO AMAT COY!*, dan setau aku, islam nggak pernah mengajarkan untuk menyakiti orang lain secara verbal ataupun fisik, baik langsung atau tidak langsung. Islam is spreading the love! It's just you that being a toxic person!

Berani taruhan *tapi jangan, taruhan itu dosa muahahaha* orang-orang seperti ini justru biasanya adalah bocah-bocah yang baruuuuuuu aja belajar hijrah, baruuuuuu aja rutin pengajian. Ngga tau lagi, gimana ceramah-ceramah yang dia dapat sampe dia seperti itu jadinya sampe dia akhirnya terdoktrin untuk membenci umat lain. Dia lupa, handphonenya, instagramnya adalah buatan para pendosa. Sosial media isinya juga para meme makers, yang kebanyakan menertawakan atau menjadikan  kesialan orang lain sebagai bahan lawakan. Padahal, bersenang-senang di atas penederitaan orang lain itu nggak boleh kan? Hayoloh, belum-belum uda dosa aja, wkwkwkwk. Belum lagi dia ngga sadar, seandainya nih komentar dia kayak gini ternyata menimbulkan efek yang besar, mungkin bisa memmbuat orang lain bunuh diri atau jadi psikopat *ingat, ini hanya misalnya, aku nggak mendoakan siapapun untuk mendapatkan kesialan dan banyak hal buruk lainnya, naudzubillahimindzalik* terus terungkap ini karena dia yang komentar, terus dia dicari polisi, diadili, dipenjara, aduh dek! Kadang hal kecil aja efeknya bisa besar loh, hanya kita ngga tau aja, jadi saran aku lebih bijaklah memakai media sosial, brotha sista!

Jadi, kita semua, bahkan sekelas ulama pun, pasti pernah berdosa! Pernah bersalah, jangan langsung menghakimi. Neraka atau surga itu soal Hablumminallah, tapi sikap, tata krama, adab bergaul kita sama orang lain bahkan dalam bermain sosial media itu bagian dari Hablumminannaas. Kamu kuat Hablumminallah menurut kamu, tapi buruk Hablumminannaas-mu, yauda sama aja bohong. Semuanya harus seimbang.  Nggak usah repot-repot memberi skor sama orang lain, mari kita perbaiki diri kita masing-masing, urusan surga neraka serahkan sama Dzat yang Maha Benar yaitu Allah. Karena Allah adalah satu-satunya yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Sampe disini ngana paham, kan? Sekalian bisa meluncur ke sini untuk baca-baca dulu.

Uda jam 05.56, mesti buru-buru mandi nih! Beberapa jam lagi masuk jam produktif wkwkwkwk. Ingat ya, spread the love, positivity, and goodness only!
Assalammualaikum!!!! ^^

Chinese Drama Half Review : Derailment

 Hiiiiihooooo everybodyyyyy! How's your life today? I’m back again after a really long break. Hehehe. And to proof that my English writi...