Jumat, 31 Mei 2019

Movie Review : A Taxi Driver (2017)

Hai para pemirsa setia aku! Apa kabar? Hari ini, aku mau mereviewkan film korea yang baru aja aku tonton. Pada penasaran? *bodo amat* lol. Let's check it out!!

sc. Pinterest

Well, judul filmnya A Taxi Driver. Dirilis pada tahun 2017 lalu. Disutradarai oleh Jang Hoon dan dibintangi oleh aktor senior Song Kang-ho sebagai pemeran utamanya. Film ini bergenre historical, drama, dan action yang jangan sampe kalian tinggalin gitu aja. Ceritanya keren, alurnya keren. Over all, kalo masalah skor yaaaaa kira-kira 8.8 lah yaa dari 10. jadi semenarik apa toh ceritanya?

Aku ceritakan sedikit yaaaa latar belakang film ini. Dilansir dari blog, pada tahun 1979 Korea Selatan dipimpin oleh Presiden Park Chung Hee yang kemudian ditembak mati oleh Badan Intelijen Korea. Kemudian, pemerintahan diambil alih oleh Perdana Menteri Choi Kyuh ah. Sebenernya masyarakat senang ketika Park Chung Hee ditembak, karena beliau adalah pemimpin yg sangat otoriter. Muncul harapan akan demokrasi pas pemerintahan dipimpin oleh Choi Kyuh ah karena ada liberalisasi politik. Namun, tiba-tiba 6 bulan setelah penembakan presiden Park Chung hee muncullah Chun Doo Hwan. Chun Doo hwan adalah seorang tokoh militer kuat yang mengkudeta pemerintah dan membuat masyarakat Korea Selatan panik karena background Chun Doo Hwan adalah militer yang ditakutkan akan menjadi pemimpin yang diktator. Akhirnya masyarakat turun ke jalan untuk berdemo menolak negaranya dipimpin oleh tokoh yang diktator lagi. Karena itulah, Chun Doo Hwan mengumumkan darurat militer dengan alasan untuk "keamanan nasional". Dan situasi darurat militer paling parah terjadi di Gwangju, dan dikenal sebagai Pembantaian Gwangju atau Gerakan Demokratisasi Gwangju yang selanjutnya diadopsi menjadi story line di film A Taxi Driver ini.

Film ini dimulai dari munculnya seorang supir taksi bernama Kim Man Seob (diperankan oleh aktor Song Kang ho) yang mempunyai seorang anak perempuan tunggal dan harus membayar tagihan rumahnya sebesar 100.000 won. Ketika ia sedang menikmati makan siang, ia mendengar obrolan dari supir taksi lainnya yang mengatakan bahwa ia mendapat orderan senilai 100.000 won untuk mengantar orang asing ke daerah Gwangju. Sontak Kim Manseob yang sedang membutuhkan uang itu langsung mengakhiri makan siangnya dan bergegas pergi 'menyerobot' orderan supir taksi tersebut. Kim Manseob selanjutnya menjemput penumpang yang dimaksud itu, yang ternyata adalah seorang wartawan asing asal Jerman bernama Jurgen 'Peter' Hinzpeter (diperankan oleh Thomas Kretschmann) yang akan meliput situasi di Gwangju. Tanpa mengetahui latar belakang perjalanan sang reporter dan karena didasari kebutuhan bayar hutang yang sangat mendesak, Kim Manseob akhirnya berangkat ke Gwangju dengan sang reporter.

sc. Kutu-film.com

Di sanalah perjuangannya dimulai. Di setiap daerah Gwangju di jaga ketat oleh pihak militer. Awalnya Kim Manseob mau mundur dan ingin kembali ke Seoul saja. Namun reporter mengatakan bahwa jika mereka kembali dirinya tidak akan mendapatkan upah 100.000 Won tersebut.

sc. Pinterest

Akhirnya dengan segala cara mereka pun bisa memasuki kawasan Gwangju. Gwangju di tahun 1980 tersebut benar-benar hancur, banyak korban  dikarenakan pemberontakan yang terjadi. Peter yang meliput kasus yang terjadi disana pun merasa iba atas apa yang terjadi, reporter setempat pun berharap Peter dapat memberitakan kasus ini keseluruh dunia. Karena media di Korea pada saat itu dikuasai oleh pihak militer sehingga warga tidak dapat berbuat apa-apa.

Peter, sang supir taxi Kim Man Seob beserta supir taxi Gwangju lainnya hingga seorang mahasiswa yang memprotes kejadian itu pun bekerja sama membantu orang-orang yang terluka akibat konflik itu.

Ada beberapa scene yang bener-bener bikin terenyuh. Salah satunya ketika Kim Manseob beserta supir taksi lainnya membantu para korban luka dan korban tewas keluar dari wilayah yang dihujani peluru oleh para tentara. Dengan menggunakan mobil taksinya, Kim Manseob dan kawan-kawan maju ke depan ke dekat mobil militer tempat para tentara melindungi dirinya dan menembaki para demonstran untuk menghalau peluru dan kemudian mengangkut para korban keluar dari wilayah tersebut. Ampun, banjir dah mataku para pemirsah…. TT TT

Ada juga scene lain yang bikin mewek. Yaitu saat Goo Jaesik (diperankan oleh Ryu Junyeol) ditemukan tewas. Sedih dong…. Karena Jaesik adalah salah satu mahasiswa yang ikut berjuang melawan pasukan militer saat itu. Jaesik lah yang membantu Peter menterjemahkan bahasa karena Jaesik adalah mahasiswa dengan nilai bahasa inggris yang sangat baik.

Ada juga scene lain yang buat terharu. Yaitu saat Hwang Taesoo, seorang supir taksi yang juga turut berjuang bersama Manseob dan supir taksi lainnya serta para warga Gwangju, mengorbankan dirinya untuk menghalau Chun Doohwan beserta anak buahnya sehingga Manseob dan Peter bisa lolos dan kembali ke Seoul dengan selamat. Astagaaaaaa hatikuuuuu TT TT

Terakhir tapi bukan yang terakhir alias last but not tleast, scene yang bikin mewek is ketika 23 tahun kemudian Peter diundang ke Korea untuk menerima penghargaan perdamaian atas peliputannya mengenai pembantaian Gwangju. Dalam pidatonya, Peter menyebutkan bahwa perjuangannya tidak dilakukan sendirian. Ia menyebut 'Kim Sabok' yaitu nama samaran Kim Manseob yang ia beritahukan pada Peter sewaktu Peter akan terbang kembali ke Jerman. Ia berharap dapat bertemu lagi dengannya. Manseob yang saat itu sedang bekerja (masih jadi supir taksi pada tahun 2013) berbisik pada dirinya sendiri kalau ialah yang merasa lebih berterima kasih pada Peter dan juga merindukannya.

Film diakhiri oleh epilog dari Peter yang mengucapkan terima kasih dan masih terus mencari supir taksi yang mengantarnya ke Gwangju, namun sayangnya Peter meninggal pada tahun 2016 sebelum mereka sempat bertemu.

From <https://en.wikipedia.org/wiki/A_Taxi_Driver>


Asliiiii sediiiihhh banget ceritanya. Happy end for some parts, while sad end in the other parts. Bener deh, kalo ada yang bilang dunia politik itu kejam, kotor, dan berbahaya itu bener banget. Dalam politik, semua orang bisa jadi korban. Dan dalam film ini, aku belajar beberapa hal. Utamanya yaitu tolong menolong, menghargai sesama, dan masih banyak lagi sebenernya yang ngga hanya untuk diterapkan untuk hal-hal politis tapi dalam keseharian.

Anyway, pesan aku jangan sampe lupa untuk nonton ini. Wajib, wkwkwkw. Ngga deh. Maksud aku nonton film dengan genre seperti ini (yang sebenernya bukan aku banget tapi tumben aku nonton) bisa menambah wawasan kita, tentang pers, sejarah, politik walau dengan porsi yang sangat kecil. Ingat juga, film itu bisa memperngaruhi pola pikir penontonnya. Jadi, nilai bagusnya diambil, nilai jeleknya jangan.

ps, dapet sedikit info yang agaknya sangat membingungkan. Ada yang bilang kalau Kim Manseob yang sebenarnya sudah meninggal dunia karena kanker pada tahun 1984.

sc. sukmanurrizki.blogspot.com

Demikian review dari aku kali ini, pasti ada banyak banget kekurangan. Aku cuma nulis asal aja, apa yang aku pikirin, jadi kalo reviewnya sangat mengecewakan, mohon sarannya yaaaa.... :')
Dadah, babay!!! Semangat puasanya, lebaran kurang 5 hari lagi. ^^9

Source :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chinese Drama Half Review : Derailment

 Hiiiiihooooo everybodyyyyy! How's your life today? I’m back again after a really long break. Hehehe. And to proof that my English writi...