Minggu, 29 September 2019

Yang Lagi Viral (1) : Kehidupan Toleransi Beragama di Indonesia Beberapa Waktu Terakhir



Hai, hai! Sudah berapa purnama berlalu sejak terakhir aku update ya? Hahahahaha.
Well, belakangan ini, Indonesia rasanya panas kayak di neraka. Nggak cuma hawanya aja bro sis, tapi iklim politiknya. Yaaa, terakhir sih sejak pilpres kemarin, padahal Indonesia kena dampak peristiwa Moonson sampe September ini, tapi rasanya kayak nggak ada pengaruhnya, ya kan? Kali ini, aku mau komentar sedikit. Dari banyak hal yang aku baca dari Instagram, Twitter, dan sosial media lainnya. Ini hanya pandangan aku secara pribadi, tidak bermaksud untuk menyakiti siapapun, kecuali mereka yang merasa sih. Cekidot.


Banyak hal dalam keagamaan di Indonesia yang belakangan ini di kriminalisasi, dijadikan alat propaganda, dijual untuk kepentingan golongan tertentu. Bahkan sebagian pihak kuatir kalo Indonesia terjangkit virus radikalisme dan rasisme yang mengarahkan para ‘penderita’nya untuk ‘mengkhilafahkan’ NKRI. Tau kan maksudnya?


Aku pribadi, sebagai muslim, ngga ada masalah dengan khilafah atau yang sejenisnya, tapi yang perlu diingat adalah sejak awal Indonesia merdeka dari penjajahan, Indonesia itu republik. NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya semua ras, etnis, suku dan agama yang berada dalam wilayah Indonesia, sah dan diakui oleh hukum Indonesia adalah warga negara Indonesia. Mau Islam, Kristen, orang Batak, orang Papua, atau orang Tionghoa yang sudah secara hukum diakui sebagai warga negara Indonesia, maka mereka adalah warga negara Indonesia (WNI). Sedangkan, belakangan ini banyak banget isu SARA digoreng, dibumbui, digoreng lagi, ditiriskan, begitu terus. Maksudnya, dikit-dikit bawa SARA ke ranah politik. Terutama istilah yang marak belakangan ini adalah ‘antek asing’ (atau mungkin pake e juga biar greget ‘antek aseng’ wkwkwkwk), kafir, imam besar, presiden ilegal, HTI dan lain sebagainya. Pernah denger nggak? Pasti pernah wkwkwkwk.


Konon katanya, paham radikalisme ini mulai ramai sejak maraknya orang-orang Indonesia yang terjerat ISIS dan kembali ke Indonesia, paham Khilafah yang hendak mereka tanamkan ke Indonesia itu jadi beda pengertiannya. Bagus sih, semua berdasarkan syariat islam, tapi kalo di mari kita kan punya hukum sendiri. Yaitu Pancasila. Yang bisa fleksibel menaungi beragam kepercayaan yang ada di Indonesia. Karena apa, di Indonesia meskipun Islam adalah agama mayoritas, tapi ada agama lain yang tinggal berdampingan dengan agama Islam, yaitu Kristen, Katholik, Khonghucu, Budha, Hindu. Nggak bisa kan kita egois serta merta dengan sombongnya beranggapan hukum syariat islam yang terbaik, terbenar, dan ter-ter lainnya. Lalu dengan mudahnya mengatakan kalau agama lain sudah pasti salah dan kafir dan memaksakan negara ini untuk dipimpin secara khilafah? Indonesia sejak semula bukan negara islam meskipun islam menjadi agama mayoritas. That’s why, kita punya ideologi sendiri, yaitu ideologi Pancasila.


Mana lagi nih ya, yang menurut aku jadi membuat aku sedikit krisis identitas sebagai muslim adalah maraknya ulama instan yang tiba-tiba viral dan tenar, tapi dalam prakteknya berdakwah yang seharusnya menyebarkan kebaikan ajaran agama islam, mereka malah menyudutkan kaum agama lain, membuat para pengikutnya yang masih awam jadi menyerang kaum minoritas tertentu. Begitukah yang diajarkan dalam agama islam? Tidak. Dalam surat Al-Hujurat ayat 13, dijelaskan :


“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”


Jelaskan dalam ayat ini? Dijelaskan bahwa kita memang diciptakan berbeda-beda secara kebangsaan dan suku, dan lainnya. Bukan untuk saling terpecah belah, melainka untuk saling mengenal, saling bersilaturahmi, juga saling memberi dan menerima. Bukannya malah musuhan dan saling adu kuasa soal siapa yang lebih baik dan lebih unggul, zzzzzzzzzzzzzz.




Ada juga nih ya, beberapa hadits yang menerangkan bahwa kita harus berbuat baik terhadap orang tua dan tetangga kita yang non-muslim, salah satunya seperti berikut ini :





“Dan jika keduanya (orang tuamu) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)

Sampe disini ngana paham, kan? Wkwkwkwkwk. Jadi, stop bersikap intoleran! Selama mereka tidak meminta kita sebagai muslim untuk turut menyembah selain Allah, mari kita perlakukan mereka dengan baik dan adil. Masih banyak lagi sebenernya firman allah dan juga hadits yang menerangkan soal toleransi beragama, tapi silakan bertanya lagi dengan orang yang lebih kompeten soal ini, dalam hal ini perlu digaris bawahi, ditebalkan, yaitu ulama yang baik, yang tidak menyebarkan kebencian dalam dakwahnya dan sangat luas pengetahuannya akan agama islam. Apalah saya ini yang hanya seorang hina-dina, hanya berusaha mengingatkan agar tidak terjerumus dalam bahaya ajaran kebencian yang salah. *halah..*

Satu lagi, bagi seseorang yang kini dipanggil ‘ustadz’ atau ‘ustadzah’ tolong jangan berbesar kepala! Anda menanggung tanggung jawab yang luar biasa besar. Karena jika anda salah dalam menyampaikan ajaran pada jamaah yang belajar agama pada anda, maka dosa dari jamaah tersebut merupakan dosa anda juga, karena dari andalah para jamaah belajar dan mendapatkan pengetahuan baru. Jadi daripada alih-alih berdakwah dengan ajaran kebencian, mari merangkul sesama. Tunjukkan bahwa Islam tidak seperti yang mereka bayangkan, bahwa Islam adalah agama yang indah, yang penuh kasih sayang dan toleransi.



Akhir kata, Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh! ^^

Chinese Drama Half Review : Derailment

 Hiiiiihooooo everybodyyyyy! How's your life today? I’m back again after a really long break. Hehehe. And to proof that my English writi...