Kamis, 14 Januari 2021

#prayforSJ182




Hey hooooo, i'm back again guys....

Hari ini aku cuma mau sedikit berbagi rasa belasungkawa atas insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ182 dengan rute Jakarta-Pontianak tanggal 09 Januari 2021 kemarin. (Al-fatihah…)

Sedih yaaa. Ndak terbayangkan semisal ada keluargaku yang di dalam pesawat itu. Sejujurnya, aku benar-benar nangis waktu kabar itu tersiar. Ikut merasa kacau balau. Ikut sedih. Ikut kehilangan. Aku harap, keluarga korban bisa mendapatkan penghiburan, bantuan untuk menguatkan mental dan finansial. Semoga para korban bisa segera ditemukan.

Ngomong-ngomong soal dunia aviasi, aku nggak banyak komentar karena aku adalah orang yang sangat awam guys. Aku cuma mau sedikit ngomentarin video-video yang seliweran di internet soal insiden ini. Terutama hal-hal yang buat aku agak risih. Apa aja siy? Kenapa siy Mar kamu kok risihan jadi orang? (iya iya maap aku risihan jadi orang, padahal aku sendiri sering bikin orang lain risih sama aku, maap yaaaa ToT)

1. Banyak yang tiba-tiba jadi ‘pengamat penerbangan’

Tau ngga siy guys, untuk menguak penyebab terjadinya kecelakaan ini ada banyak sekali proses panjang dan ribet yang dilakukan oleh otoritas maskapai, pemerintah dan lembaga lain yang terkait. Misalnya, proses evakuasi, deteksi posisi black box, kalo black box sudah ditemukan, mereka melakukan pembacaan data, dan lain sebagainya. Ada BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), ada KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), Angkasa Pura, dan maskapai itu sendiri. Belum lagi lembaga lain yang belum aku sebutkan. Dan mereka semua adalah orang-orang yang berkompeten untuk melakukan investigasi. Belum juga hasil investigasi keluar, tiba-tiba banyak netizen bermunculan yang komentar ini itu, sibuk mengidentifikasi dengan paham cocokloginya. Sedih banget lo guys. 

  • ‘pesawat tua dipake, yang bener aja’

Pesawat dikatakan ‘tua’ kalo sudah berusia 35 tahun guys. Mau usianya 20 tahun, 30 tahun, ngga jadi masalah selama perbaikan, pemeliharan, pengecekan setiap parts mulai dari yang terkecil sampe yang besar dilakukan secara rutin. Banyak sekali prosedur pengecekannya. Bahkan mur baut yang dipake pun ada hitungan usianya, berdasarkan jam pula. Jam ya guys, bukan tahunan. Dan selama semua rangkaian perawatan dan pemeliharaannya dilakukan sesuai prosedur, pasti ngga jadi masalah. Ketika pesawat sudah mau dipake, aku yakin, pihak maskapai juga sudah menginspeksi dan kemudian batu merilis pesawat tersebut untuk dipakai. Jadi, usia pesawat itu seharusnya bukan masalah.

JT 610 punya Lion Air dulu juga kondisinya baru lo guys, jadi jangan melulu berpatokan pada usia pesawat ya.

  •  'cuaca buruk itu mah’

Weather forecast pasti sudah dibicarain dari awal. Di titik mana aja ada bagian cuaca buruk, di ketinggian berapa aman untuk lewat di titik itu, dan lainnya, itu juga pasti clear disampein ke pilotnya. Itu juga ngga asal tiba-tiba pilotnya langsung tancep gas pokoknya berangkat sesuai jadwal gitu. Lah dikira angkot kali yaaa :’D

 

  • ‘pasti ada yang mainan hape itu…’

Jangan buruk sangka dulu guys. Para cabin crew juga pasti tanggep kok kalo ada yang nyalain handphone. Pasti juga ditegur sama penumpang lain. Emang siy meskipun pada nyatanya, pasti ada beberapa diantara kita yang mau fotoin awan-awan dari langit, pemandangan sekeren itu kapan lagi, ya kan. Tapi aku ngga tahu kenapa tiap naik pesawat parno kalo mau nyalain handphone, sekalipun dalam mode pesawat, aku prefer matiin total handphone aku daripada aku nyalain, karena takut membahayakan orang-orang yang ada di dalam pesawat.

Well guys, you better keep your own opinion and thoughts, although you probably can be right, but It’s not the time for you to judge. Diem dulu guys. Biarkan mereka yang berwenang bekerja. Ketika hasil finalnya sudah keluar, kita juga bakalan tau kok. Jangan sampe niat kita beropini malah menyakiti orang-orang yang bekerja dalam bidang itu dengan ke-sotoy-an kita.

Semalam, aku ngeliat videonya capt Edward Limbong, dan mostly aku setuju sama beliau. Banyak yang tiba-tiba naik panggung memberikan ‘analisa’ kenapa SJ182 bisa menukik tajam dan jatuh di laut Kepulauan Seribu. Biarkan aja dulu yang berwenang bekerja, kita ngga usa ikut memberikan komentar. Karena, orang yang kerja jadi pilot itu banyak. Yang terpukul karena insiden ini bukan cuma keluarga korban, tapi mereka yang jadi pilot, awak kabin, teknisi, ground staff, semuanya. Semuanya merasakan stress yang sama, percaya deh. Jangan nambah keruh suasana yaa guys. Mari hindari berspekulasi yang tidak-tidak, sampai KNKT merilis hasil investigasinya. Dan mari berdoa agar keluarga yang mendapat musibah diberikan kekuatan dan ketabahan.

2. Banyak yang share ‘moment terakhir’ si korban

Ini nih, seketika banyak orang yang share ‘moment terakhir’ si korban insiden pesawat SJ182. Itu ngga perlu guys. Pikirin perasaan keluarga korban yang makin sedih kalo pada share begituan. Ini bukan moment yang tepat untuk mendapatkan simpati. Bukan seperti itu guys. Jaga privacy keluarga korban. Jangan asal share. Takutnya ada salah share nanti malah berabe. Mana sekarang ada UU ITE. Jadi jika mau bersimpati, cukup dengan post pita hitamkah, atau dengan mengikuti terus berita dan perkembangan insiden ini. Kita kawal sama-sama, sampai hasil akhirnya keluar.

 

3. Banyak yang tiba-tiba parno naik pesawat terutama maskapai yang bersangkutan

Wah kalo ini mah, sudah pasti bakalan terjadi. Apalagi kalo secara personal sudah ada sentimen dan preferensi dengan maskapai tertentu wkwkwkwk. Ibaratnya, seperti langsung men-generalisir alias menyamaratakan kalo maskapai ini pesawatnya jatuh satu, pasti klo naik yg lain bakalan jatuh juga. NO! Ngga gitu yaa guys pemikirannya. Ini tuh musibah. Mau kamu naik jet pribadi kek, maskapai terbaik kek, kalo memang Tuhan sudah takdirkan pesawat itu jatuh, yaa jatuhlah.

Masing-masing pesawat pasti punya semacam histori sendiri. Tapi intinya satu, ketika akan digunakan untuk terbang baik mengangkut barang ataupun penumpang, pesawat pasti sudah dinyatakan laik terbang. Itu sudah mutlak yaa guys. Mau pesawat   kecil perintis kek, pesawat besar komersil kek, jet pribadi kek, semua. Tanpa kecuali. Masing-masing maskapai sudah melakukan perawatan secara rutin sesuai peraturan baik nasional maupun internasional dan melakukan yang terbaik bagi setiap armadanya. Semua ada standarnya, ada SOP-nya. Bukan asal mau ada yang pake, baru dibersihin, terus dipake. Engga gituuuuu (tulung T^T). Kayak mobil rental aja kalo gitu mah.

Satu lagi, ngga ada pilot, awak kabin, maskapai, apalagi penumpang yang pengen jatuh kayak gitu. Nggak ada. Kalo disuruh milih, mereka pasti pengennya selamat sampai di tujuan guys. Sampe balik ke rumah, ketemu sama keluarga dan kumpul lagi sama-sama. Bayangkan jadi mereka yang kerja di ‘atas awan’, jauh dari keluarga selama berhari-hari, resiko kematian yang cukup tinggi, mana sekarang lagi pandemi, dikit-dikit harus Swab test atau rapid test, belum lagi kalo menghadapi penumpang resek mereka harus sabar. Kalo flightnya pagi, mereka harus ready ber jam-jam sebelumnya untuk briefing dan nyiapin semua yang nantinya dibutuhkan di pesawat. Semua punya tingkat stressnya masing-masing guys. Jadi buat kita yang kerja di kota, yg cuma sesekali bepergian naik pesawatnya, yakinlah, positive thinking, berdoa banyak-banyak agar semuanya lancar, sehat walafiat, selamat sentosa sampai di tujuan dan sampai nanti kembali ke rumah.

 

Akhir kata, itu aja guys yang lagi pengen banget aku share ke semuanya. Semoga masalah ini segera menemukan titik terang yaaa. Bye~~~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chinese Drama Half Review : Derailment

 Hiiiiihooooo everybodyyyyy! How's your life today? I’m back again after a really long break. Hehehe. And to proof that my English writi...