Selasa, 24 Agustus 2021

Cerita Pengalaman Hororku (bukan untuk NCT's Horror Nights)

 Haii, para pembaca. Aku kembali dengan cerita horror..! Kali ini jadi kepengen cerita horror karena kebawa suasana NCT’s Horror Night, meskipun aku ikutan kirim tapi aku kurang beruntung, ceritaku ngga kebaca huweee. Tapi gapapa, namanya banyak orang yang kirim ga mungkin kan semua cerita bakalan di notis dan dibacain? Yang ini beneran cerita dari pengalaman pribadiku. Yuk ikutan simak!

--

Gambar hanya ilustrasi, Source Pinterest.com

Hari itu, adalah hari Jumat, hari di mana semua orang terutama pekerja seperti aku sangat bersemangat karena itu adalah hari terakhir kerja dalam seminggu, Sabtu dan Minggu sudah terlihat di depan mata. Saat sedang istirahat makan siang, aku membuka sebuah artikel di internet yang menuliskan tentang sebuah aplikasi bernama Randonautica. Yaitu aplikasi yang mengajak penggunanya untuk bertualang di daerah sekitar dengan mengirimkan titik koordinat secara acak dan penggunanya diarahkan menuju ke titik tersebut dengan menggunakan peta (di handphone, tentunya). Aku pikir sepertinya akan seru untuk mencobanya. Dan akhirnya, aku mendownloadnya.

Sorenya, sekitar pukul lima sore, sambil berkendara pulang ke rumah, aku pikir untuk menggunakan aplikasi Randonautica itu untuk berseru-seruan sebentar. Jadi, aku membuka aplikasi itu dan memilih menu Power yang seharga 20 token (konon katanya, semakin besar token yang dibutuhkan, semakin besar kemungkinan kita menemukan sesuatu yang ‘seru’ atau ‘asing’, dan menu Power adalah satu-satunya yang membutuhkan token paling banyak). Saat aku meng-klik menu Power, kemudian peta mengarahkan aku ke sebuah lokasi yang dipilihkan secara acak. Saat itu, lokasi yang harus aku tuju berjarak sekitar 1,5 kilometer dari kantor ku. Karena kantor ku berada di tengah kota, dan selalu banyak orang, aku tidak pernah berpikiran akan menemukan sebuah tempat yang horror atau menyeramkan. Jadi aku merasa baik-baik saja, dan aku mulai perjalanan dengan sepeda motorku mengikuti peta. Handphone ku kuletakkan di dalam tas, sedangkan aku mengikuti arahan suara melalui earphone wireless.

Peta mengarahkan aku memasuki sebuah komplek perumahan yang sepertinya adalah komplek perumahan elit, yang didominasi dengan rumah-rumah mewah dan besar. Meskipun berada di tengah kota, tapi suasananya sepi. Tidak banyak orang yang berada di luar rumah. Aku masuk saja ke dalam komplek itu tanpa hambatan meskipun ada beberapa orang penjaga di dalam pos pintu masuknya. Aku masih mengikuti arahan peta, hingga aku tiba di sebuah gang yang cukup sepi dan hening. Gang itu tidak berada di antara rumah dan rumah, melainkan rumah-rumah yang berseberangan dengan sungai yang cukup besar dan arusnya cukup deras meskipun saat itu adalah musim kemarau. Di ujung gang itu, ada sebuah rumah yang berukuran cukup besar, namun tampaknya rumah itu belum selesai dibangun. Bangunannya belum di cat, belum dipasangi daun pintu dan tidak ada pagar. Di sebelah rumah itu, ada sekumpulan pohon bambu (orang Jawa biasa menyebutnya ‘barongan’), dan di belakangnya ada sawah milik orang lain. Jadi rumah itu bisa dibilang tidak memiliki halaman belakang.

Saat itu peta selesai mengarahkan aku. Aku hanya menolah ke kanan dan ke kiri, melihat sekitar apa ada orang di sana. Tapi, tidak ada siapapun. Rumah-rumah mewah yang ada di sana pun tampak tenang, tak tampak siapapun keluar rumah. Angin berembus lebih kencang dari sebelumnya, seolah menandakan ada sesuatu dalam bangunan itu. Aku bukan merasa takut, hanya tidak yakin apa aku harus masuk ke dalam rumah itu atau tidak, karena jika aku masuk, aku takut melanggar property pribadi milik orang lain.

Sesaat aku berpikir untuk pergi saja dari sana, hingga saat aku mulai menyalakan kembali motorku, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita sedang tertawa terbahak-bahak. Aku mencari-cari di mana sumber suara itu berasal, dan tidak menemukan siapapun. Aku berusaha untuk meyakinkan diriku, itu mungkin berasal dari salah satu rumah mewah yang ada di sana. Saat aku akan menyalakan kembali motor ku, suasana kembali hening. Hanya suara motorku yang terdengar. Lalu, saat aku membenarkan letak kaca spionku, tiba-tiba aku melihat di kejauhan seperti ada seorang perempuan sedang berdiri sambil memperhatikan aku. Saat aku menoleh, aku tidak melihat siapapun. Aku kembali melihat di spion, wanita itu nampak berjalan ke arahku, lagi, saat kutoleh tidak ada siapapun. Merasa ada yang aneh, aku memutar sepeda motorku dan memperhatikan ke arah dimana aku melihat wanita itu, tapi lagi, kosong. Tidak ada siapapun.

Terakhir, aku memutuskan untuk melihat kembali kaca spionku, tapi sebelum aku melihat spionku, aku merasa suasananya berubah menjadi aneh. Angin sepertinya hanya menggoyangkan pohon-pohon bambu di sebelah rumah kosong itu, tapi aku tidak merasakan anginnya. Lalu, saat aku akhirnya melihat spionku, tampak wanita itu sudah tepat berada di belakang motorku. Wajahnya pucat, pipinya sangat tirus dan cekung, kulitnya berkerut-kerut, rambutnya panjang dan kusut. Saat aku melihatnya, dia hanya tersenyum. Senyumnya tampak sangat mengerikan karena gigi-giginya yang terlihat runcing. Sambil tersenyum, wanita itu mengatakan sesuatu sambil setengah berbisik, “ayo mampir! Ada sesuatu yang harus kamu lihat, nak!”

Aku mulai merasa takut. Tapi anehnya aku seperti tidak bisa teriak. Aku hanya terkesiap, seperti terbangun dari mimpi. Angin tiba-tiba menghilang. Suasana kembali hening. Karena merasa tidak nyaman, aku akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.

Dari tempat itu menuju rumahku, jaraknya sekitar satu jam perjalanan. Dan selama satu jam, aku tidak bisa menahan diri, aku merasa seperti sangat mengantuk. Hingga aku menyetir dalam keadaan setengah tidur, dan beberapa kali hampir menabrak kendaraan orang lain. Karena tidak bisa menahan kantuk, aku mampir ke sebuah swalayan di tepi jalan raya utama untuk membeli sebotol minuman kopi dan sosis sebelum melanjutkan perjalanan pulangku. Saat sedang meminum minumanku, tiba-tiba wanita yang tadi muncul di depan rumah kosong itu berada di atas motorku. Dia sedang memandangiku dengan tatapannya yang sangat mengerikan. Aku mencari siapapun yang bisa kuajak bicara hanya untuk menanyakan apakah benar di atas motorku ada seorang wanita, dan dari beberapa orang yang aku temui mereka tidak melihat siapapun. Tapi, seorang anak kecil yang di bawa oleh pengunjung swalayan itu mengatakan padaku, “ibunya serem, takut…”

Seketika, semua orang yang ada di sana mulai memperhatikan ke arah sepeda motorku, beberapa di antara mereka bergumam, “ah tidak ada siapa-siapa..” atau juga “anak kecil biasa… suka bayangin yang aneh-aneh” dan gumaman lain. Anak itu tetap menatapku. aku hanya membalasnya dengan senyuman, karena hanya dia yang mengerti apa yang aku lihat. Akhirnya aku putuskan untuk keluar dari swalayan itu, dan anehnya wanita itu menghilang. Dan setelah rasa kantukku hilang aku mulai melanjutkan perjalanan pulangku. Untungnya, setelah itu, wanita itu tidak muncul lagi, dan rasa kantukku hilang dan aku pulang dengan selamat.

Tapi, saat tengah malamnya, saat sedang tertidur, aku mendengar suara ketukan di jendela kamarku beberapa kali. Aku menyibakkan tiraiku dan sangat kaget saat aku melihat wanita itu berada di depan rumahku tengah melambaikan tangannya sambil menyeringai. Aku yang terperanjat langsung menutup mulutku erat-erat karena Khawatir jika  teriakanku akan membangunkan semua orang dan secara reflex menutup kembali tiraiku, saat aku hendak membuka tirai lagi untuk memastikan apakah wanita itu masih berada di depan rumahku, betapa terkejutnya aku ketika wajah wanita itu dengan jelas sudah berada tepat di depan jendela kamarku. Karena terlalu kaget, aku akhirnya teriak dan keluar dari kamarku. Anehnya, tidak ada satu pun orang yang bangun. Padahal aku yakin sekali, aku berteriak dengan sangat kencang. Akhirnya, aku berdoa sambil aku menutup wajahku. Lalu tanpa kusadari aku tertidur di kursi ruang tengah. 

Paginya, ibuku yang baru saja bangun tidur, melihatku tertidur di kursi seraya membangunkanku dan bertanya kenapa aku tidur di kursi sofa. Aku mengatakan padanya kalau aku melihat sesuatu seperti hantu dan berteriak keras semalam, tapi ibuku bilang tidak mendengar apa-apa. Ibu akhirnya menyuruhku beristirahat di kamar karena aku nampak pucat dan ternyata suhu tubuhku tinggi. 

Sembari aku merebahkan tubuhku di atas kasur, aku coba untuk berdoa. Aku berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa yang terjadi padaku semalam mungkin hanya halusinasiku. Untunglah, sejak saat itu, wanita itu tidak muncul lagi.

--

Ngga serem yaa? Aku ngerasa endingnya kayak ‘hah udah gitu aja?’ karena uda buntu giman olah kalimatnya huweeee, tapi intinya gitulah. Semoga jadi pelajaran, kalo ke tempat asing, sebaiknya jangan sendirian wkwkwkwk, entar ada apa-apanya ngga ada yang jadi saksi atau yang paling engga nolongin lah. Jangan asal terobos wilayah property pribadi orang meskipun yaaa aku juga ngga masuk sembarangan siy, tapi tetep aja…

Oke deh, akhirnya segini aja dulu, sampai jumpa di postingan lainnya. Bye~!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chinese Drama Half Review : Derailment

 Hiiiiihooooo everybodyyyyy! How's your life today? I’m back again after a really long break. Hehehe. And to proof that my English writi...